Di Jakarta, kota metropolitan yang ramai dan terkenal dengan kemacetan lalu lintas dan jalanan yang kacau, sekelompok perempuan menentang norma gender dengan menjadi pengemudi Mpokick. Mpokick, singkatan dari “ojek”, merupakan moda transportasi yang populer di Indonesia, terutama di kota-kota yang sering terjadi kemacetan.
Secara tradisi, tukang ojek adalah laki-laki, dan jarang sekali terlihat perempuan yang berada di belakang setang. Namun, para perempuan ini mendobrak hambatan dan menantang ekspektasi masyarakat dengan mengambil peran yang tidak lazim ini.
Salah satu perempuan tersebut adalah Siti, ibu dua anak berusia 32 tahun yang memutuskan menjadi sopir Mpokick untuk menghidupi keluarganya. “Saya dulu bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan hidup, tapi itu tidak pernah cukup,” katanya. “Menjadi pengemudi Mpokick memberi saya keleluasaan untuk bekerja kapan pun saya mau dan mendapatkan penghasilan yang layak.”
Siti tidak sendirian dalam perjalanannya. Ada beberapa perempuan lain yang telah bergabung dengannya di industri yang didominasi laki-laki. Ada yang melakukannya karena kebutuhan, ada pula yang melihatnya sebagai peluang untuk menantang stereotip gender dan memberdayakan diri mereka sendiri.
Salah satu tantangan yang dihadapi para perempuan ini adalah stigma yang melekat pada perempuan pengemudi sepeda motor. Banyak orang yang masih memegang pandangan tradisional mengenai peran gender dan percaya bahwa perempuan tidak boleh mengendarai sepeda motor, terutama di kota yang kacau seperti Jakarta. Namun, para perempuan ini bertekad untuk membuktikan bahwa mereka salah dan menunjukkan bahwa mereka sama mampunya dengan rekan-rekan laki-laki mereka.
Terlepas dari tantangan yang ada, para wanita ini membuat kemajuan dalam profesi pilihan mereka. Mereka telah mendapatkan rasa hormat dari pelanggan dan sesama pengemudi, dan telah menjadi teladan bagi perempuan lain yang ingin melepaskan diri dari peran gender tradisional.
Pengemudi Mpokick di Jakarta adalah contoh nyata perempuan yang menentang norma gender dan mengambil kendali atas nasib mereka sendiri. Mereka membuktikan bahwa perempuan bisa berprestasi di bidang apa pun, apa pun ekspektasi masyarakat, dan menginspirasi orang lain untuk mengikuti jejak mereka. Keberanian dan tekad mereka menjadi pengingat bahwa gender tidak boleh menjadi penghalang dalam mengejar impian seseorang.

